Pengertian Proposal
Pengertian dari proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si
penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada
si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman
mengenai tujuan tersebut lebih mendetail. Diharapkan dari proposal tersebut
dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga
akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan. [1]
1.
Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan uraian hal-hal yang menyebabkan
perlunya dilakukan penelitian terhadap sesuatu masalah atau problematika yang
muncul dapat ditulis dalam bentuk uraian paparan,atau poin-poinnya saja. Pada
bagian ini dikemukakan :
1)
Pentingnya
masalah masalah yang akan dibahas.
2)
Telaah
pustaka yang telah ada tentang teknologi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
3)
Manfaat
praktis hasil bahasan.
4)
Perumusan
masalah pokok yang dibahas secara eksplisit.
Dalam bagian latar belakang ini diharapkan penulis menuliskan
sebab-sebab ia memilih judul atas permasalahan tersebut.Alasan-alasan yang
dapat dikemukakan antara lain:
a.
Pentingnya
masalah tersebut diteliti karena akan membantu pelaksanaan kerja yang lebih
efektif misalnya,atau akan dicari pemecahannya karena berbahaya apabila
tidak.Jadi pentingnya diadakan penelitian.
b.
Menarik
minat peneliti karena dari pengalamannya peneliti mendapatkan gambaran bahwa
hal itu sangat menarik.
c.
Sepanjang
sepengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti masalah tersebut.
Latar belakang masalah menguraikan alasan-alasan mengapa masalah dan
atau pertanyaan penelitian serta tujuan penelitian menjadi fokus penelitian.
Dalam latar belakang masalah secara tersurat harus jelas subtansi permasalahan
(akar permasalahan) yang dikaji dalam penelitian atau hal yang menimbulkan
pertanyaan penelitian, yang akan dilakukan untuk menyiapkan skripsi. Secara
operasional permasalahan penelitian yang dimaksud harus gayut (relevan) dengan
rumusan masalah dan/atau pertanyaan penelitian yang diajukan. Pokok isi uraian
latar belakang masalah hendaknya mampu meyakinkan pihak lain, terutama
pembimbing dan penguji. Dengan kata lain, unsur yang perlu diketengahkan dalam
latar belakang masalah penelitian sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut:
1)
penjelasan
dan/atau alasan mengapa masalah dan/atau pertanyaan penelitian yang diteliti
itu penting dan menarik untuk diteliti.
2)
beberapa
bukti bahwa masalah yang diajukan belum ada jawaban atau pemecahan yang
memuaskan. Harus dijelaskan bahwa masalah yang diajukan/diteliti belum pernah
diteliti oleh siapapun, dan jika ini merupakan penelitian ulang (replikasi)
harus dijelaskan alasannya mengapa hal itu dilakukan.
3)
Kedudukan
masalah yang diteliti dalan konteks permasalahan yang lebih luas dengan
memperhatikan perkembangan bidang yang dikaji.
Dalam hal ini para penulis sebaiknya menyadari bahwa pemilihan
masalah harus didasarkan atas minat dan penghayatan sendiri. Alasan pemilihan
masalah yang paling tepat adalah adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi.Menurut Prof.Dr. Winarno memilih masalah adalah
mendalami masalah itu,sehingga harus dilakukan secara lebih sestematis dan
intensif. Selanjutnya oleh Dr.Winarno dikatakan bahwa setelah studi
eksploratoris ini penulis menjadi jelas terhadap masalah yang dihadapi,dari
aspek historis,hubungannya dengan ilmu yang lebih luas,situasi dewasa ini dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dan lain-lainnya.
1)
Mengetahui
dengan pasti apa yang akan diteliti.
2)
Tahu
dimana/kepada siapa informasi dapat diperoleh.
3)
Tahu
bagaimana cara memperoleh data atau informasi.
4)
Dapat
menentukan cara yang tepat untuk menganalisis data.
5)
Tahu
bagaimana harus mengambil kesimpulan serta memanfaatkan hasil.[2]
2.
Batasan Masalah
Agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya
maka diperlukan pembatasan ruang lingkup masalah penelitian sehingga penelitian
yang dihasilkan menjaadi lebih fokus dan tajam. Berarti dapat dikatakan pulan
membati ruang lingkup masalah sebagai pematasan ruang lingkup penelitian. Dalam
hal ini ada 4 tahap yang dapat dilakukan.
1)
dengan
cara memeriksa atau mempelajari hasil-hasil penelitian atau kajian yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya (examine the literature).
2)
membicarakan
atau mendikusikan dengan kolega atau orang lain yang berkompeten dengan harapan
dapat memperoleh masukan yang bermanfaat (talk over ideas with others).
3)
mencoba
membatasi ruang lingkup dengan cara memperlakukan topik yang hendak dikaji
untuk konteks yang khusus, waktu yang lebih terbatas.
4)
membatasi
ruang lingkup studi dengan cara terlebih dahulu menetapkan tujuan atau manfaat
studi yang diinginkan. [3]
3.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah ditulis untuk menspesifikasikan masalah yang akan
dibahas dalam karangan. Masalah yang dirumuskan harus merupakan hasil
penspesifikasian atau pengkhususan masalah utama yang harus dijawab pada bab
kesimpulan. Jawabannya diperoleh dari hasil analisis data. Kemudian yang harus
diamati adalah wilayah penelitian. Biasanya dalam wilayah penelitian yang
sifatnya sangat besar, bisa ditentukan dari beberapa kota, atau jika ingin
ruang lingkup yang lebih kecil maka kita bisa membuatnya hanya di satu tempat.
Misalnya saja, bagi teman – teman yang akan melakukan penelitian menyangkut
skripsinya bisa membuat penelitiannya di satu kampus saja. Tujuannya agar lebih
efisien dan fleksibel.[2]
4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi :
a.
Tujuan
Umum
Tujuan umum
merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui
penelitian.
Contoh :
Mengetahui hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan
dengan terjadinya diare di wilayah Kota Samarinda.
b.
Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih
operasional dan spesifik. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum
penelitian juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah :
mengukur, mengidentifikasi, menganalisa, membandingkan, menilai, mengetahui,
dll.
Contoh :
a)
Mengetahui
jenis sarana air bersih yang digunakan
oleh masyarakat kota Samarinda.
b)
Mengetahui
kondisi/kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat
Samarinda.
c)
Mengetahui
hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kualitas air yang
digunakan oleh masyarakat Samarinda.
d)
Mengetahui hubungan
antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kejadian diare masyarakat
Samarinda.
5.
Manfaat Penelitian
Bagian ini berisikan uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan
manfaat temuan penelitian tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
tekhnologi dan seni (IPTEKS).
Contoh :
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam
rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan penyakit diare khususnya di wilayah
kota Samarinda
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dibidang sanitasi lingkungan.[4]
6.
Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan
diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak
bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti
dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.
Kegunaan Hipotesis dalam penelitian
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah,
khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung
pandangan ini, di antaranya:
1)
Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik.
2)
Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di
falsifikasi.
3)
Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di
falsifikasi.
Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan
dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.
Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis
tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan
juga sukar diuji secara nyata. Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik
dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni :
1)
Hipotesis
diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan
jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
2)
Hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional.
Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan
secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti
variabel independen dan variabel dependen.
3)
Hipotesis
menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan
gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu
variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai
makna.
4)
Hipotesis
harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi
subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya
dalam hipotesis.
5)
Hipotesis
harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan)
yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi.
Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang
bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode
penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan
data, analisis data, maupun generalisasi.
6)
Hipotesis
harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang
sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di
antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu
hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan
antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas
dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di
bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal
tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang
dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang
akan dihipotesiskan.
7)
Hipotesis
harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
1)
Penentuan
masalah.
Dasar
penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam
proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan
masalah.
2)
Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak
akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk
menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.
Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan
sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian
sebenarnya dilaksanakan.
3)
Pengumpulan
fakta.
Dalam
penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4)
Formulasi
hipotesa.
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di
antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan
sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon
ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti
jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum
gravitasi.
5)
Pengujian
hipotesa
Artinya,
mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal
ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta
maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan
koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi
dapat disebut teori.
6)
Aplikasi/penerapan.
Apabila
hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut
prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus
dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[5]
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for visit my blog ^_^