A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan,mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukan kepala memandang jauh kedepan sambil mengepal-ngepal tangannya, duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicaran dan lain-lain.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan. Kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkait juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
B. Tiga Macam Kecemasan Manusia :
1. Kecemasan Obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbul kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
2. Kecemasan Neoritis (syaraf)
Kecemasan ini timbil kareana pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah bentuk intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya, misal seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis, ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon karet ayahnya, satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya.
Hukuman yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
Rasa takut lain aialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neoritis yang sangat menyakitkan dengan jalan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya.
3. Kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain : iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dendam, itu merupakan sebagaian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami.
Sifat-sifat seperti ini adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misal seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidak mampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
C. Penyebab Kegelisahan
Apabila kita kaji sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam
Contoh :
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan) orang tentu akan gelisah. Hal ini disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan) orang tentu akan gelisah. Hal ini disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
D. Mengatasi Kegelisahan
Di dunia ini tidak ada seorang
manusia pun yang tidak merasakan kegelisahan. Kalau kita melihat
seluruh makhluk yang hidup di muka bumi ini akan kita dapati bahwa
manusia dengan tabiatnya senantiasa dipengaruhi oleh kompleksitas
ketakutan yang menuntunnya ke ambang kegelisahan.
Orang-orang di sekeliling
kita—bahkan dalam diri kita sendiri—, baik besar, kecil, laki-laki
maupun perempuan, semuanya merasakan ketakutan atau kegelisahan;
kegelisahan merupakan fenomena umum dan ciri khas yang hanya dimiliki
manusia. Hal ini kiranya memerlukan semacam kesadaran dari kita guna
memikirkan kiat-kiat untuk menghindarinya, paling tidak dengan itu kita
bisa membayangkan kejadian-kejadian yang belum terjadi dan bagaimana
cara menanggulanginya. Sebab pada hakikatnya kegelisahan merupakan
reaksi natural terhadap faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh internal
maupun eksternal.
Tabiat kehidupan dunia adalah
penderitaan, kesedihan dan kesusahan. Kondisi-kondisi yang meliputi
manusia tidak pernah ‘kering’ dari kesedihan atas masalah yang telah
dilalui, atau kegelisahan atas masalah yang sedang menghantui, atau
kecemasan atas masalah yang akan diarungi. Ini sesuai dengan firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” [QS. al-Balad: 4]
Setiap orang, sesuai dengan
kemampuannya masing-masing, berupaya mengekspresikan kegelisahannya
sebagai akibat dari pengaruh-pengaruh emosional reaktif yang
dikhayalkan akan mengancam kehidupan atau ketenangannya.
Tentu saja kegelisahan yang
dialami setiap orang tidaklah sama, tergantung kepribadian, kebutuhan,
keadaan, dan tanggung jawab masing-masing. Di samping kondisi masa kini
serta tingkat keberagamaan mereka.
Di masa lalu, marabahaya yang
ditakutkan berupa kelaparan, penyakit, perbudakan, peperangan dan
bencana-bencana alam yang menggiring manusia kepada kegelisahan.
Sementara saat ini terdapat banyak sekali motif yang menjadi pemicu
ketakutan. Secara garis besar; seiring dengan komplikasi peradaban,
cepatnya laju perkembangan teknologi dan sosial, sulitnya untuk
beradaptasi dengan pembentukan budaya yang sangat mengejutkan,
perubahan-perubahan besar yang terjadi pada alam atau negara-negara atau
setiap individu dari kita, perselisihan dalam rumah tangga, sulitnya
mewujudkan keinginan-keinginan pribadi karena godaan-godaan dan
cobaan-cobaan hidup yang semakin kuat, lemahnya nilai-nilai keagamaan
pada sebagian orang—yang mana ini merupakan faktor terpenting dan
utama—, lahirnya banyak ideologi dan konflik, benturan pemikiran dan
kebudayaan, bahkan enggannya sebagian orang untuk menjalankan
ajaran-ajaran agama, munculnya upaya-upaya untuk menjauhkan agama dari
kehidupan manusia serta ketidakjelasan tujuan, seiring dengan itu semua,
kegelisahan datang menghimpit banyak orang sehingga ia menjadi
penyakit jiwa yang umum terjadi dan sekaligus menjadi pemicu bagi
timbulnya penyakit-penyakit jiwa lainnya.
Selain itu, bertambahnya tingkat
ketergantungan terhadap dunia berikut materi-materinya telah menjadi
ancaman terbesar bagi manusia, yang mana dia menjadi sasaran ‘empuk’
ketakutan dan kegelisahan.
Kegelisahan dan ketakutan yang
terjadi secara berulang-ulang—seperti ditegaskan oleh banyak
peneliti—akan berakumulasi di dalam diri manusia hingga meluap dan
efek-efeknya dapat dirasakan oleh tubuh. Sebagaimana endapan lumpur yang
terus-menerus mengikuti alur sungai untuk kemudian berakumulasi secara
perlahan di dasarnya, dan ketika kuantitasnya melebihi daya tampung
alur sungai tersebut, maka ia akan merubah alur sungai yang membawanya
itu sehingga terjadilah banjir yang menyebarkan marabahaya dan
kerugian.
Kegelisahan Merupakan Penyakit yang Paling Sering Terjadi di Dunia!!
Kegelisahan merupakan penyakit
jiwa yang paling sering terjadi di masyarakat, bahkan jumlah orang yang
rutin melakukan pemeriksaan jiwa dan saraf, serta mereka yang
mengalami problem-problem psikologis—terutama kegelisahan—terus
bertambah. Hal ini ditegaskan oleh penelitian-penelitian yang dilakukan
di Amerika dan Inggris. Badan statistik di Amerika mengungkapkan bahwa
85% orang yang sakit jiwa terkena kegelisahan. Secara umum kegelisahan
terjadi pada anak-anak kecil, atau pada masa-masa puber dan awal-awal
menginjak dewasa, atau pada orang-orang yang sudah lanjut usia, atau
juga pada sebagian besar siswa dan pelajar. Di Inggris, misalnya,
ditemukan bahwa jumlah mahasiswa yang terkena kegelisahan mencapai 9%,
dan jumlah mahasiswi mencapai 14%. Sedangkan di Saudi Arabia, para
peneliti menemukan bahwa jumlah orang yang secara rutin melakukan
pemeriksaan kajiwaan karena kegelisahan mencapai 14.8%, ini selain
mereka yang memang enggan mendatangi para psikiater untuk konsultasi.
Di antara mereka bahkan ada yang berusaha menutup-nutupi kegelisahan
yang dideritanya dengan penyakit-penyakit lain yang kadang-kadang
kambuh meskipun sudah diobati, seperti luka pada lambung, usus besar
(kolon), sembelit, bertambahnya asam, serangan jantung, tekanan darah
tinggi, asma, TBC paru-paru, radang rongga, migrain (sakit kepada
separuh), deman, nyeri otot, kemandulan, kelainan seksual dan
seterusnya. Banyak orang yang terlihat merintih karena
penyakit-penyakit seperti itu, padahal sebenarnya mereka merintih
karena jiwanya yang berduka atau tidak stabil.
Kegelisahan tidak lain adalah
reaksi natural psikologis dan phisiologis akibat ketegangan saraf dan
kondisi-kondisi kritis atau tidak menyenangkan. Pada masing-masing
orang terdapat reaksi yang berbeda dengan yang lain, tergantung
faktor-faktornya, dan itu wajar. Adapun bahwa manusia selalu merasa
gelisah hingga membuatnya mengeluarkan keringat dingin, jantungnya
berdetak sangat kencang, tekanan darahnya naik pada kondisi apa pun;
maka ini sebenarnya sudah melewati batas rasional.
Sebenarnya terdapat
“kegelisahan” yang dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat dalam
menghadapi tantangan, untuk menjaga keseimbangan dinamika internal atau
untuk meneguhkan diri, bahkan untuk menggapai ketenangan jiwa—yang
merupakan tujuan setiap manusia—dan untuk meraih kesuksesan dalam
mengarungi kehidupan. Inilah yang disebut dengan “kegelisahan positif” (al-qalq al-îjâbîy);
seperti kegelisahan seorang siswa sebelum ujian sehingga memotivasinya
untuk belajar, kegelisahan seorang ibu akan anaknya yang masih kecil
sehingga mendorongnya untuk menjaganya dari marabahaya, juga
kegelisahan seorang muslim dan kekuatirannya akan tumbuhnya kemalasan
beribadah dalam dirinya sehingga mendorongnya untuk selalu taat,
beristighfar dan bertaubat.
Sedangkan “kegelisahan negatif” (al-qalq as-salabîy)
adalah kegelisahan yang berlebih-lebihan, atau yang melewati batas,
yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana
orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan
positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan
yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang
tidak jelas atau tidak ada. Tentu saja hal ini merupakan ancaman bagi
eksistensi manusia sebagai kesatuan yang integral.
“Kegelisahan positif” merupakan
dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam
memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan,
kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang
datang secara tiba-tiba dan tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan
dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam
beradaptasi. Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan
manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan,
seperti gula pada darah; ketika ketinggian kadarnya membahayakan
kesehatan manusia.
Seorang muslim dituntut untuk
selalu menjaga keseimbangan dalam hidupnya, sebab dia sedang hidup
dalam suasana yang sarat dengan kesusahan, penderitaan, peperangan,
hal-hal yang tidak terduga dan mengejutkan. “Kegelisahan negatif” akan
mendorong seseorang, melalui hubungan timbal balik dengan lingkungan
dan masyarakatnya, kepada penurunan tingkat produktivitas dan
ketidakharmonisan dengan masyarakatnya tersebut, yang karena itu akan
membawa dampak yang tidak diinginkan bagi kesehatannya; ia merupakan
faktor yang dapat meruntuhkan kepribadian, produktivitas dan
keharmonisan interaksi sosial.
Kita memang tidak mungkin dapat
menghentikan terjadinya segala peristiwa. Kesedihan, kegelisahan,
ketakutan dan perasaan-perasaan lainnya tidak bisa dienyahkan dari
kehidupan manusia. Suatu hal yang mungkin bisa kita lakukan adalah
merubah bentuk-bentuk dan pengertian-pengertiannya, kemudian mencernanya
dan merubahnya dari yang semula negatif menjadi positif. Manusialah
yang membuat pengertian-pengertiannya dan dia jualah yang selanjutnya
memberikan gambaran yang dikehendaki.
Buku yang ada di tangan Anda
ini—pembaca yang budiman—merupakan petunjuk teknis dengan gaya bahasa
yang ilmiah dan mudah untuk mengenal lebih jauh tentang kegelisahan dan
cara menanggulangi kegelisahan negatif.
Dalam buku ini Anda akan
mengetahui definisi kegelisahan secara ilmiah, berikut macam-macamnya,
tingkatan-tingkatannya, faktor-faktornya, pengaruh-pengaruhnya terhadap
kesehatan dan sosial, sebagaimana juga membahas tentang cara
menghindarinya, atau sarana-sarana dan langkah-langkah untuk melawan
kegelisahan negatif, disertai fakta-fakta yang menunjukkan keberadaan
kegelisahan dalam masyarakat. Kemudian di akhir pembahasan Anda akan
menemukan suplemen tentang cara-cara menghindari kondisi kegelisahan
karena ujian kelulusan bagi para pelajar, juga tentang rileksasi
(pengenduran otot) berikut faedah-faedah, cara dan sarana untuk
melatihnya, yang juga disertai azimat berdasar petunjuk agama.
Tetapi hal yang perlu ditekankan
di sini, pembaca budiman, seharusnya Anda meneguhkan kehendak Anda
dengan ditopang oleh keimanan kepada Allah SWT guna melakukan perubahan
yang efektif dan berprilaku positif. Pengetahuan memang bisa dianggap
separuh pengobatan atau langkah penting menuju kesembuhan, namun ia
akan menjadi tidak berarti sama sekali tanpa diikuti oleh prilaku dan
perubahan positif sesuai dengan dasar-dasar prosedur yang legal dan
benar. Pengetahuan dan prilaku adalah dua hal yang saling melengkapi.
Seorang pujangga berkata:
Dan aku tidak melihat setelah kekuatan Allah Ta’ala seperti kekuatan anak Adam bila berkehendak
Bahkan yang lain berkata:
Dan aku tidak melihat pada
manusia sebuah aib seperti kurangnya orang-orang yang mampu untuk
[melakukan sesuatu dengan] sempurna
Ya, orang yang menginginkan
kebahagiaan akan bahagia, dan orang yang menginginkan kesembuhan akan
sembuh, dan semua itu atas kehendak Allah SWT. Dia berfirman:
“Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” [QS. Thâhâ: 123]
“Dan [demi] jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
[jalan] kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” [QS. asy-Syams: 7 – 10]
“Adapun orang yang memberikan [hartanya di jalan Allah] dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya [jalan] yang sukar.” [QS. al-Lail: 5 – 10]
E. Ketidak Pastian
Ketidak pastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas. Ketidak pastian artinya keadaan yang tidak pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa asal-usul yang jelas itu semua adalah akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi. Ketidak konsentrasian disebabkan oleh berbagai sebab, yang jelas pikiran kacau.
Ketidak pastian tentang lulus atau tidak dalam ujian sarjana yang sudah lama ditunggu-tunggu membuat orang gelisah. Lulus atau tidak lulus ujian sarjana akan menentukan status atau karir seseorang dalam hidupnya. Ketidak pastian ini akan merugikan, karena status dari karir itu terancam. Karena ketidak pastian ini akan merugikan, karena status dari karir itu terancam. Karena ketidak pastian itu status yang telah ditetapkan oleh atasan menjadi hilang, berhubungan ada orang lain yang lebih dulu memenuhinya.
F. Penyebab Ketidak Pastian
Orang yang pikirannya terganggu tidak dapat lagi berpikir secara teratur, apalagi mengambil kesimpulan. Dalam berpikir manusia selalu menerima rangsangan-rangsangan lain, sehingga jalan pikirannya menjadi kacau oleh rangsangan-rangsangan baru. Kalau toh ia dapat berpikir baik akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Mereka menampakkan tanda-tanda obsesi, phobia, delusi, gerakan-gerakan gemetar, kehilangan pengertian, kehilangan kemampuan untuk menangkap sesuatu.
Beberapa sebab orang tak dapat berpikir dengan pasti ialah :
Beberapa sebab orang tak dapat berpikir dengan pasti ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan gejala neuroso jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.
Contoh :
Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat terpikir olehnya ada kawan yang ingin menjatuhkannya. Pikiran itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi
Contoh :
Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat terpikir olehnya ada kawan yang ingin menjatuhkannya. Pikiran itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi
2. Phobia
Ialah rasa takut yang tak terkendali, tidak normal, kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya.
3. Kompulasi
Ialah adanya keragu-raguan tentang apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan perbuatan yang serupa berkali-kali
Contoh :
keinginan untuk mengambil barang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (kleptomania)
keinginan minum-minuman keras, orang itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendung.
Contoh :
keinginan untuk mengambil barang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (kleptomania)
keinginan minum-minuman keras, orang itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendung.
4. Histeria
Ialah neorosa jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, sugesti dari sikap orang lain
Contoh :
Ketika ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengetuk pintu, mengucap salam, dijawab dan keluarlah ia , diluar, kagetlah ia melihat orang banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain, Ibu langsung bertanya siapa itu, itu kan bukan kang Bakri, Semua orang yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak histeris lalu pingsan (film orang-orang laut)
Contoh :
Ketika ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengetuk pintu, mengucap salam, dijawab dan keluarlah ia , diluar, kagetlah ia melihat orang banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain, Ibu langsung bertanya siapa itu, itu kan bukan kang Bakri, Semua orang yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak histeris lalu pingsan (film orang-orang laut)
5. Delusi
Menunjukan pikiran yang kurang beres, karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.
Delusi ini ada tiga macam, yaitu:
a. Delusi perkusi: menganggap keadaan sekitarnya jelek. Seseorang yang mengalami delusi perkusi tidak mau mengenal tetangga kiri kanan karena menganggap jelek.
b. Delusi keagungan: menganggap dirinya orang penting dan besar, orang seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang-orang sekitarnya sebagai orang-orangtidak penting, akhirnya semua orang menjauhi juga
c. Delusi melancholis: merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal dengan nama delirium trements , hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-oto tak berkuasa lagi.
Contoh :
Pak Joyo orang kampung pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, ia gemetar, keringat dingin mengucur, ditanya ini itu tak bisa menjawab, mulutnya gemetar. Akhirnya jaksa tak memperoleh kesaksian apa-apa darinya.
Delusi ini ada tiga macam, yaitu:
a. Delusi perkusi: menganggap keadaan sekitarnya jelek. Seseorang yang mengalami delusi perkusi tidak mau mengenal tetangga kiri kanan karena menganggap jelek.
b. Delusi keagungan: menganggap dirinya orang penting dan besar, orang seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang-orang sekitarnya sebagai orang-orangtidak penting, akhirnya semua orang menjauhi juga
c. Delusi melancholis: merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal dengan nama delirium trements , hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-oto tak berkuasa lagi.
Contoh :
Pak Joyo orang kampung pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, ia gemetar, keringat dingin mengucur, ditanya ini itu tak bisa menjawab, mulutnya gemetar. Akhirnya jaksa tak memperoleh kesaksian apa-apa darinya.
6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindra. Dengan sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan dasarnya, sehingga dengan timbulnya halusinasi dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak dalam perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatan itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri)
7. Keadaan Emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang sangat berpengaruh oleh emosinya. Ini nampak pada keseluruhan pribadinya gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi, cepat keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dengan gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak berbicara, diam seribu bahasa, termenung, menyendiri.
G. Mengatasi Penderita Ketidakpastian
Ketidak- pastian selalu menyertai kita. Kita tidak bisa menghindari
ketidakpastian tersebut sebab kemanapun kita pergi ketidak- kepastian
akan selalu mengikuti kita, bahkan kalaupun kita diam saja.
Ketidakpastian bukan untuk dihindari tetapi untuk kita atasi. Allah menciptakan ketidakpastian, tentu saja kita sudah diberi potensi untuk bisa mengatasinya. Ingat selalu bahwa Allah tidak akan memberikan tugas kepada kita yang diluar kesanggupan kita.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS.Al-Baqarah:286)
Apa potensi yang telah Allah berikan kepada kita untuk mengatasi ketidakpastian tersebut? Akal dan hati.
Dengan akal Anda akan mencari cara lain saat satu cara tidak berhasil. Dengan kata lain salah satu cara kita bisa mengatasi ketidakpastian ialah dengan kreatifitas kita. Kita perlu melatih kreatifitas kita agar lebih banyak lagi ide-ide yang bisa kita gunakan atau kita pilih untuk mengatasi ketidakpastian.
Sering orang beranggapan bahwa kalau dia tidak kreatif.
Saya ulangi disini bahwa kreatifitas bisa dipelajari.
Yang kedua adalah hati. Jika hati Anda bersemangat untuk mencapai sesuatu, anda akan terus bekerja dengan penuh ketekunan. Anda akan tekun mencari solusi-solusi baru dan dengan tekun pula menerapkan solusi baru tersebut.
Ketidakpastian selalu menyertai kita, jangan lari, percuma. Yang perlu dilakukan ialah gunakanlah kreatifitas Anda untuk mencari solusi-solusi baru dan tetaplah semangat untuk mengaplikasikan solusi-solusi tersebut. Sisanya kita serahkan kepada Allah SWT.
Kita seringkali selalu berfokus kepada hasil, padahal hasil itu adalah keputusan dari Allah apakah kita sudah melakukan ikhtiar dan do'a semaksimal mungkin.
Ketidakpastian bukan untuk dihindari tetapi untuk kita atasi. Allah menciptakan ketidakpastian, tentu saja kita sudah diberi potensi untuk bisa mengatasinya. Ingat selalu bahwa Allah tidak akan memberikan tugas kepada kita yang diluar kesanggupan kita.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS.Al-Baqarah:286)
Apa potensi yang telah Allah berikan kepada kita untuk mengatasi ketidakpastian tersebut? Akal dan hati.
Dengan akal Anda akan mencari cara lain saat satu cara tidak berhasil. Dengan kata lain salah satu cara kita bisa mengatasi ketidakpastian ialah dengan kreatifitas kita. Kita perlu melatih kreatifitas kita agar lebih banyak lagi ide-ide yang bisa kita gunakan atau kita pilih untuk mengatasi ketidakpastian.
Sering orang beranggapan bahwa kalau dia tidak kreatif.
Saya ulangi disini bahwa kreatifitas bisa dipelajari.
Yang kedua adalah hati. Jika hati Anda bersemangat untuk mencapai sesuatu, anda akan terus bekerja dengan penuh ketekunan. Anda akan tekun mencari solusi-solusi baru dan dengan tekun pula menerapkan solusi baru tersebut.
Ketidakpastian selalu menyertai kita, jangan lari, percuma. Yang perlu dilakukan ialah gunakanlah kreatifitas Anda untuk mencari solusi-solusi baru dan tetaplah semangat untuk mengaplikasikan solusi-solusi tersebut. Sisanya kita serahkan kepada Allah SWT.
Kita seringkali selalu berfokus kepada hasil, padahal hasil itu adalah keputusan dari Allah apakah kita sudah melakukan ikhtiar dan do'a semaksimal mungkin.
Sumber :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CFoQFjAB&url=http%3A%2F%2Focw.gunadarma.ac.id%2Fcourse%2Fpsychology%2Fstudy-program-of-psychology-s1%2Filmu-budaya-dasar%2Fmanusia-dan-kegelisahan&ei=fDjlT4-MCMnmrAe-ycHtCA&usg=AFQjCNFnF6DrBqY3wJPr1YY0V6208kHqUw&sig2=kyB_WGgu3j-HkLLxdv-S9w
http://angga-wibowo.abatasa.com/post/detail/11291/50-langkah-cara-mengatasi-gelisah-ketegangan-dan-tekanan-jiwa.html
http://klinikhati.blogspot.com/2009/04/mengatasi-ketidakpastian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for visit my blog ^_^